Salah satu drama di tahun ini yang berhasil aku selesaikan dengan baik. Awalnya tertarik nonton drama ini karena Kim Woo Bin akhirnya main drama lagi setelah terakhir main di tahun 2016. Berlatar belakang di desa Peureung, Jeju, aku pikir drama ini bakal seceria Hometown Cha Cha Cha yang warga Gongjinnya bakal susah dilepas, nyatanya berbeda sekali.
Seperti yang sudah aku bilang tadi, latar belakang drama ini ada di Pulau Jeju. Pulau yang kita tahu sebagai tempat liburan orang-orang, pulau buat healing cenah. Tapi kan itu buat turis yak, drama ini lebih menyoroti ke kehidupan warga Jejunya sendiri yang di dalam cerita ini, nggak seindah Pulau Jeju itu sendiri. Jadi, 'blues' di sini bisa dimaknai dua arti antara biru yang memang latar belakang mereka ada di pantai dan biru yang berarti kesedihan.
Sebenarnya ketika menonton drama ini, aku ada pengalaman love and hate sendiri sama dramanya--walaupun banyak lovenya. Hal pertama yang bikin aku attached sama drama ini adalah konsepnya ceritanya yang cukup unik. Jadi, secara keseluruhan drama ini ada beberapa playlist yang tiap playlistnya adalah cerita dari warga-warga Peureung. Bisa tiap episode ganti playlist atau malah dalam satu episode ada dua playlist. Jadinya tiap playlistnya mulai dimainkan, penonton bakal fokus sama permasalahan yang ada di playlist itu, jadi nggak bingung atau lost gitu walaupun ada karakter-karakter lain masuk.
Hal kedua yang aku adalah penataan suara-slash-musik-slash-backsound. Drama ini bener-bener isinya masalah orang-orang, tapi penataan lagu-slash-musiknya dibikin nggak yang mendramatisir tapi lebih ke nunjukin 'oh ini cuma drama loh yang lu tonton' jadi penonton nggak terlalu dibikin makin sedih sama nada-nada musiknya. Atau di beberapa scene memang dibikin momen-momen nggak ada backsound sama sekali dan tanpa itu pun emosi-emosi dari pemainnya juga bisa kita rasain. Intinya penataan suaranya cucok banget lah.
Hal ketiga yang bikin aku suka dan bikin aku sempat nggak mau lanjutin nonton adalah dari segi ceritanya sendiri. Konfliknya bermacam-macam sekali. Dari cinta pertama yang ketemu lagi setelah dua puluh tahun tapi malah minta duit, anak ranking 1 sama 2 di sekolah yang pacaran dan malah ceweknya hamil, masalah antar bapak-bapak, antara saudara kembar, ibu ke anak, nenek ke cucu, sampe ada juga yang masalah sama diri sendiri. Macem-macem banget lah. Tapi di akhir episode semua masalah itu selesai dan berlalu.
.png) |
| intinya jangan berlarut-larut dengan kesedihan--ini lagi ngingetin diri sendiri kok |
Beres nonton ini beneran ikutan lega sama semua masalah warganya yang akhirnya terselesaikan. Kalo drama-drama lain bikin aku pingin aku tonton ulang, tapi drama ini rasanya bener-bener bakal aku tonton sekali ini aja. Di scene terakhir yang mereka semua kumpul buat tanding antar desa bener-bener udah cocok jadi penutup drama ini dengan tagline 'apapun masalah yang ada hidup harus tetap berjalan'.
--
Hal-hal yang aku suka dari nonton drama kayak gini adalah banyak banget life lesson yang ikut dipelajari--jiakh buka les-lesan apa gimana. Tapi beneran sih, semacam baca novel atau drama yang konfliknya tentang kehidupan sehari-hari bikin kita lebih mikir dua kali buat jahat sama orang atau sebel sama orang, karena tiap orang pasti punya permasalahannya masing-masing. Buat bertahan hidup di dunia ini emang butuh ketangguhan dan akan dipermudah salah satunya dengan adanya kebaikan dari orang lain.