Hari ini baru banget menyelesaikan satu buku dengan genre self-improvement karya Baek Se-Hee jagganim, yang judulnya 'I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki'. Aku membaca buku ini dari awal bulan Juni 2021 dan baru selesai hari ini. Butuh waktu memang untuk membaca buku ini karena isinya cukup 'berat' dan aku sendiri juga sedang mengalami hal yang sama. Jadi pengalamanku membaca buku ini tidak seperti meneguk air putih, tapi seperti meneguk kopi pahit yang disesap sedikit demi sedikit.
Secara keseluruhan aku menyukai buku ini. Bentuk tulisannya berupa tanya-jawab dengan psikiaternya, sehingga terasa berada dalam satu ruangan ketika membaca buku ini. Selain bagian tanya-jawab ini, ada bagian lain yang menjadi favoritku yaitu bagian 'Tambahan'. Di bagian ini, penulis menceritakan tentang berbagai pandangannya terhadap berbagai hal. Salah satunya adalah tentang 'Bersama'. Dari tulisannya tentang 'Bersama' ini, ada satu kalimat yang aku highlight, "Aku pun menyadari bahwa cara menjalani hidup yang benar adalah dengan menjalaninya bersama-sama". Aku sedikit tertampar dengan pernyataannya ini.
| Dua paragraf ini memang benar-benar mengingatkanku untuk kembali approach seseorang |
Semenjak aku lulus tahun 2019, aku lebih sering untuk menjauhi seseorang. Bukan menjauh dalam artian karena pandemi, tapi menjauh dari orang-orang dengan tidak terlalu bercerita tentang kondisiku sekarang ke orang-orang. Kalau untuk sebagian orang hal ini biasa, tapi buatku ini hal yang aneh dan berbeda dari aku yang sebelumnya. Aku yang dulu adalah orang yang mudah cerita ke teman dekat jika terdapat masalah, sampai-sampai (mungkin) temanku eneg mendengarkan permasalahanku yang itu-itu saja :'D Tapi untungnya masih ada temanku yang mau mendengarkanku, walaupun banyak juga cerita yang aku tidak ceritakan. Entah ini merupakan proses pendewasaan atau malah membuat diriku introvert 99%
Tapi karena aku merasa ketidakkemauanku dalam bersosial ini meningkat cukup tajam, akhirnya aku memutuskan untuk menulis lagi di blog. Walaupun entah siapa yang mau membaca aku juga tidak tahu, tapi setidaknya aku merangkak mencari udara segar di luar (tidak hanya di pikiranku saja). Hari ini juga aku memutuskan untuk membuat akun instagram baru yang aku buat semacam blog mungkin tapi lebih singkat, hehe.
Di blog ini awalnya mau jadi sarana untuk sharing tapi tetap berakhir untuk curhat juga. Ya maaf, memang anaknya dari dulu paling loyal nulis di blog dan bisa ngomong apa aja dibandingkan di notes handphone atau di buku jurnal. Tidak apa-apa kan ya, hihi :D

